Begini sejarah singkat dari angkutan Bajaj
OTOSIA.COM - Berkunjung ke Jakarta Otolovers tak hanya akan disuguhkan gedung-gedung tinggi, tetapi juga kepadatan kendaraan. Bisa dibilang, kemacetan sudah menjadi hal wajar di sana.
Salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan adalah dengan memperbanyak angkutan umum. Di tengah moda tranportasi yang makin beragam tersebut, Bajaj pun menolak punah.
Ya, angkutan yang sudah lama hilir mudik di jalanan Jakarta itu masih tetap eksis hingga sekarang.
Di balik itu semua, sebenarnya bagaimana asal muasal dari Bajaj? Selengkapnya, simak ulasan berikut yang dilansir dari laman Jakarta.go.id.
1 dari 5 Halaman
Impor dari India
Perlu diketahui, Bajaj merupakan kendaraan yang diimpor dari India dan mulai masuk Jakarta pada tahun 1975. Meski demikian, onderdilnya sudah ada di dalam negeri, yakni diproduksi di Tegal, Jawa Tengah.
2 dari 5 Halaman
Bodi Bajaj
Desain Bajaj mungil dan unik. Di balik itu ternyata secara teknis kendaraan roda tiga ini memakai struktur dari Vespa yang kemudian dimodifikasi.
Bahan bodinya 60% terbuat dari metal drum dan 40% terpal untuk bagian atap.
3 dari 5 Halaman
Performa Bajaj
Berukuran kecil membuat Bajaj mudah dalam melewati kemacetan ibukota. Performanya pun cukup mendukung, dengan kecepatan maksimal hingga 70 km/jam.
4 dari 5 Halaman
Sistem Transaksi
Terkait transaksi, Bajaj tak jauh berbeda dengan ojek konvensional. Sopir dan penumpang akan melakukan tawar-menawar ongkos perjalanan.
Biasanya hal itu tergantung jarak tempuh, berat barang bawaan, hingga kepadatan lalu lintas yang terjadi.
5 dari 5 Halaman
Mulai Tersisih
Bajaj sudah sangat lama menjadi transportasi di Jakarta. Karena termakan usia dan zaman, sejak tahun 2000-an, pemerintah DKI berencana menggantinya dengan kendaraan sejenis bernama Kancil yang merupakan produksi PT Dirgantara Indonesia.