Sukses

Mungkinkah Premium dan Pertalite Tak Dijual Lagi di Indonesia?

Otosia.com Diketahui Premium dan Pertalite memiliki nilai research octane number (RON) di bawah 91. Menyikapi hal itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menyebut jika kedua jenis bahan bakar tersebut seharusnya sudah tak dijual lagi di Indonesia.

Menurutnya, upaya tersebut dilakukan demi menekan emisi gas rumah kaca dan mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

Video Terpopuler saat Ini
 (kpl/ahm)

Next

Sejalan dengan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2017

Melansir Merdeka.com, pernyataan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) itu sejalan dengan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2017. Di mana mensyaratkan gasoline yang dijual minimum harus mempunyai nilai research octane number (RON) 91.

Sedangkan, untuk premium memiliki nilai research octane number (RON) 88. Untuk pertalite memiliki nilai research octane number (RON) 90.

Next

Tidak Boleh Dijual di Pasar

Nicke Widyawati lebih lanjut mengatakan, jika mengikuti aturan tersebut itu berarti kedua jenis BBM tersebut tak bisa dijual di pasaran.

"Artinya ada dua produk yang kemudian tidak boleh lagi dijual di pasar kalau mengikuti aturan tersebut yaitu premium dan pertalite," ujar Nicke saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan DPR, Jakarta, Senin (31/8).

Next

Konsumsi Paling Besar

©2020 Merdeka.com/Arie Basuki

Kendati begitu, Nicke tak menampik bila kedua jenis BBM tersebut memiliki porsi konsumsi yang paling besar. Tercatat pada 22 Agustus 2020, penjualan BBM jenis premium mencapai 24.000 kiloliter (KL). Sedangkan, BBM jenis pertalite terjual sebesar 515.000 KL.

Kemudian, untuk penjualan BBM dengan RON di atas 91 yakni pertamax dengan RON 92 penjualan tercatat sebesar 10.000 KL. Dan untuk pertamax Turbo dengan RON 98 terjual sebesar 700 KL.

Next

Coba Lakukan Pengelolaan

Melihat indeks penjualan tersebut, Nicke Widyawati tak bisa langsung menghentikan produksi dan distribusi BBM jenis premium dan pertalite. Pihaknya akan mencoba berupaya melakukan pengelolaan dengan benar.

"Namun demikian kita akan mencoba melakukan pengelolaan hal ini karena premium dan pertalite ini porsi konsumsi paling besar. Karena itu kita segera mendorong bagaimana konsumen mampu untuk beralih ke BBM lebih ramah lingkungan," tandasnya.

Next

Mulan Jameela Minta Pertamina Kaji Kembali

©Kapanlagi

Mulan Jameela, salah satu anggota DPR meminta PT Pertamina (Persero) untuk melakukan pengkajian secara menyeluruh. Kajian tersebut sebaiknya dilakukan sebelum pihaknya memutuskan untuk menghapus premium dan pertalite di pasaran. Apalagi, keduanya jenis BBM tersebut cukup tinggi dikonsumsi oleh warga Indonesia.

"Ada beberapa yang perlu diperhatikan pertamina dalam rencana penghapusan premium dan pertalite ini, yang pertama kami ingin menanyakan sejauh mana Pertamina sudah melakukan kajian yang mendalam dan lebih luas lagi terhadap masyarakat terkait rencana penghapusan premium dan pertalite ini," ujarnya dalam Raker di DPR, Jakarta, Senin (31/8).

Next

Kaji Dampak di Tengah Pandemi Covid-19

Mulan juga meminta PT Pertamina (Persero) pertimbangkan secara matang mengingat saat ini masyarakat masih berada dan menghadapi pandemi Covid-19. Menurutnya, jangan sampai nantinya kebijakan tersebut justru memberikan kesulitan baru masyarakat.

"Kedua, apakah Pertamina sudah memikirkan dampaknya terhadap masyarakat mengingat saat ini sedang mengalami ujian pandemi Covid. Karena apabila premium dan pertalite dihapus tentu akan berdampak tidak baik bagi masyarakat," paparnya.

Next

Harga Premium dan Pertamax Disetarakan

©2020 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah

Kemudian Mulan pun menyarankan Pertamina untuk menurunkan harga Pertamax setara dengan premium. Agar masyarakat bisa beralih menggunakan jenis BBM dengan nilai RON melebihi 91 tersebut.

"Sekedar masukan saja apabila akan dihapus, apa memungkinkan harga pertamax bisa diturunkan mungkin bisa jadi sama dengan harga premium? Mungkin itu bisa jadi solusi," tandasnya.

Loading