Otosia.com Beredarnya informasi mengenai wacana pemerintah menerapkan pajak mobil 0% sejatinya menjadi penyemangat.
Dorongan ini terutama ditujukan bagi industri otomotif sebagai elemen penting dalam perekonomian Indonesia.
Baca Juga
Jungkir balik penjualan kendaraan bermotor terjadi. Bahkan drop sangat besar menurut informasi sudah ditunjukkan oleh Gaikindo sebagai asosiasi brand-brand otomotif besar di Indonesia.
"Gaikindo menjelaskan pada Maret-April 2020, market turun 600 ribu unit," ujar Donny Saputra, Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales, yang lantas menyebutkan bahwa Suzuki sedang memetakan periode di masa pandemi.
Video Terpopuler yang Wajib Kamu Tonton
powered by
Next
Ia menjelaskan bahwa Suzuki membaginya dalam periode adaptasi sebagai periode awal pandemi, lalu periode transisi, dan setelah itu adalah periode recovery.
"Pada periode adaptasi terjadi kondisi penurunan, kondisi negatif. Lalu periode kedua mulai membaik, semoga periode ketiga semakin membaik lagi," ujarnya.
Bicara pajak 0 persen, hal yang bisa mempengaruhi kontraksi market sejauh ini adalah kondisi ekonomi manakala saat ini cenderung negatif. Adapun yang kedua adalah stimulus produk.
Next
"Stimulus produk merupakan kewajiban dari produsen. Stimulus ketiga adalah regulasi pemerintah. Jadi apabila bulan September-Desember ini terdapat stimulus, maka akan mendorong tren positif. Terkait resesi, pastilah ada dampaknya, tetapi tinggal bagaimana kita meminimalkannya saja," kata dia.
Namun, manakala pajak mobil 0 persen masih sebatas wacana, maka hal itu juga bisa menjadi bumerang.
Next
"Dengan wacana yang terlalu lama, maka bisa menunda pembelian di kendaraan penumpang. (Sebagai gambaran) PPBBM untuk komersial 0 persen. Kalau orang pembeli kendaraan komersial, mereka beli kendaraan karena mereka butuh untuk menopang bisnisnya. Jadi untuk kendaraan komersial agak berbeda," kata dia.
Sementara itu, wacana pajak mobil 0 persen dalam hal ini sejatinya mengarah ke pasar mobil penumpang.
"Sebanyak 45 persen jualan kami ada di kendaraan penumpang. Jadi kalau kondisi makin susah, wacana berlarut-larut, bisa membuat susah produsen," tutupnya.