Sukses

Mobil Listrik Bukan Pilihan Satu-Satunya Kendaraan Ramah Lingkungan di Indonesia

Otosia.com Mobil listrik digadang-gadang jauh lebih baik daripada mobil yang menggunakan mesin pembakaran internal atau yang lebih dikenal dengan mobil bensin. Bahkan mobil listrik seolah menjadi satu-satunya "penolong" untuk lingkungan karena dianggap tidak menghasilkan emisi sama sekali.

Negara-negara pun berlomba-lomba membuat peraturan peralihan penggunaan dari mobil konvensional menjadi mobil listrik. Elektrifikasi pun dilakukan secara masif, termasuk di Indonesia.

Bahkan tak sedikit yang sengaja memberikan insentif untuk pembelian mobil listrik atau kelonggaran aturan lalu lintas. Seperti di Indonesia, sistem ganjil genap tak berlaku untuk mobil listrik.

 (kpl/tys)

Next

Yang terbaru adalah Peraturan Pemerintah No 74/2021 tentang tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor yang dirilis 2 Juli lalu.

Namun,Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berpandangan mobil listrik bukan opsi tunggal dari kebijakan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia.

Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo, berpendapat mobil listrik merupakan salah satu alternatif, dan bukan satu-satunya opsi, dari model kendaraan ramah lingkungan untuk pasar Indonesia. Sebab Gaikindo melihat Indonesia memiliki banyak alternatif untuk energi kendaraan bermotor, seperti bahan bakar berbasis pertanian (biofuel dan gasohol), gas alam terkompresi (CNG), kendaran multibahan bakar (antara minyak dan gas), dan lain-lain.

Next

Energi biofuel misalnya bisa dikembangkan sebagai satu opsi karena sumber bahan bakunya banyak di Indonesia (kelapa sawit) dan dapat digunakan untuk kendaraan niaga aatau berat di lokasi perkebunan dan pertambangan.

"Target Gaikindo tetap zero emission vehicle. Jangan lupakan biofuel, karena ramah lingkungan untuk kendaraan niaga berat. Biofuel patut dikembangkan, apalagi tanpa harus membangun infrastruktur baru. Tidak seperti mobil listrik yang butuh pembangunan stasiun pengisian daya," ujar Yohannes Nangoi dalam acara Investor Daily Summit, Rabu (14/7/2021).

Nangoi pun memaparkan hasil program biodiesel di Indonesia sejak B15 hingga B30. Program B20 dimulai pada 2016 hingga 2019. Pada 2018, program B20 berhasil menghemat devisa negara senilai Rp 26 triliun dengan indikator penurunan belanja impor solar. Program B20 kemudian dilanjutkan dengan program B30 mulai 2020 hingga 2025.

Untuk bisa menggunakan bahan bakar B30, kendaraan niaga (truk) harus melakukan penyesuaian komponen supaya bisa mengonsumsi B30. Misalnya komponen fuel filter, fuel tank, pipanya, dan sebagainya.

"Program B30 diperkirakan bisa menghemat devisa Rp 67 triliun per tahun," ujarnya.

 

 

Next

Harga Jual Mahal

Gaikindo melihat harga jual yang masih mahal merupakan problem bagi pasar kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Misalnya harga jual Toyota Corolla Hybrid Rp 600 jutaaan, Mitsubishi Outlander PHEV Rp 1,2 miliar, dan Hyundai Ioniq Electric Rp 600 jutaan. Sementara pasar otomotif terbesar di Indonesia justru mobil dengan harga jual di bawah Rp 300 juta dengan pangsa pasar sekitar 40 persen.

"jadi pabrikan mesti memiliki mobil hybrid dengan harga jual di bawah Rp 300 juta untuk mendapat pangsa pasar yang besar," jelas Nangoi.

Gaikindo mencatat pangsa pasar mobil ramah lingkungan terutama mobil listrik di Indonesia baru 0,1 persen. Pada 2019, penjualan mobil hybrid di Indonesia mencapai 685 unit, mobil plug-in hybrid (PHEV) 20 unit, dan mobil listrik (BEV) 0 unit.

Namun, volume tersebut bertumbuh pada 2020 menjadi 1.108 unit untuk mobil hybrid, 6 unit (PHEV), dan 120 unit (BEV). Dan di periode Januari-Juni 2021, penjualannya kembali tumbuh, yakni 1.378 unit (hybrid), 34 unit (PHEV), dan 488 unit (BEV).

Penulis: Syakur Usman

Sumber: Merdeka.com

Loading