Otosia.com Modifikasi bergenre cafe racer tengah menjadi tren di kalangan anak muda dan modifikator tanah air. Tak pandang kelas, nyaris seluruh profesi mulai dari mahasiswa, pengusaha, sampai artis, semua terjangkit virus cafe racer.
Bahkan beberapa pabrikan merilis sepeda motor bergaya cafe racer. Beberapa di antaranya adalah Triumph Thruxton, BMW R 9 T Racer, dan Yamaha XSR 900 Arbath.
Sebenarnya apa yang membuat cafe racer ini terkenal dan terus terkenang hingga kini? Kita akan bahas soal sejarah cafe racer secara komplit Otolovers.
Ada dua versi mengenai sejarah cafe racer, namun keduanya tak jauh dari kata "cafe" dan "racer" secara harafiah dan keduanya dimulai pada tahun 1960-an di Britania Raya. Pada versi pertama mengatakan bahwa cafe racer identik dengan citra biker yang gila balap dan mencari lawan di cafe - cafe.
Versi kedua menjelaskan bahwa cafe racer adalah biker yang memodifikasi sepeda motor mereka bak motor balap kala itu. Mereka kemudian memarkir sekaligus memamerkan tunggangan yang telah dirombak di depan cafe yang disinggahinya.
Secara garis besar, kedua versi ini mengatakan bahwa terdapat biker yang memodifikasi sepeda mereka yang menyerupai motor balap dan dipamerkan di depan cafe.
Kala itu, suatu motor bisa disebut sebagai motor balap apabila kecepatannya mampu pencapai 1 Ton. 1 Ton ini merupakan sebutan untuk 100 mph atau setara dengan 160 kpj. Namun produsen motor asal negara Ratu Elizabeth itu belum mampu menembus 1 ton.
Bisa dibilang Triumph, Norton, BSA, AJS, Vincent, Royal Enfield dan sepeda motor lainnya merupakan sepeda motor yang tidak begitu kencang. Bahkan cenderung sulit untuk mencapai kecepatan 160 kpj. Karena kendala tersebut, merebaklah virus modifikasi di kalangan biker Inggris yang berlomba-lomba melampaui kecepatan 160 kpj.
Modifikasi yang dilakukan adalah dengan mengganti suku cadang standar dengan kualitas race. Hal ini didukung oleh beberapa pabrikan yang kala itu berkompetisi di ajang Grand Prix (kini Moto GP).
Selain itu, mereka juga melakukan weight reduction dengan melepas berbagai suku cadang yang tidak digunakan. Hal tersebut dilakukan dengan asumsi semakin sedikit suku cadang yang terdapat pada motor, maka bobotnya akan menjadi lebih ringan sehingga bisa berlalri lebih kencang.
Tak hanya mengurangi bobot dan merombak mesin, tampilan motor ini juga diubah untuk memperoleh aerodinamika yang baik. Stang standar diganti dengan jenis clip on dan dipasang setinggi jok motor. Tangki yang digunakan berbentuk lonjong serta buritan seperti buntun tawon bak motor Grand Prix.
Jok motor juga mengalami perubahan dengan dibuat menjadi lebih tipis. Tak lupa knalpot diganti dengan silencer berkualitas balap. Penampilannya tak jauh berbeda dengan cafe racer yang ada pada masa kini. Meskipun sisi ergonomi berkurang, modifikasi jenis ini tetap menarik perhatian banyak biker.
Tak jarang pula biker Inggris menggabungkan 2 jenis motor yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan motor dengan performa terbaik dan melaju sekencang mungkin. Kala itu mereka menggunakan mesin milik Triumph Boneville yang terkenal powerfull dan dipadukan dengan frame rigid pabrikan Norton Featherbead. Penggabungan tersebut dikenal dengan sebutan "Triton" atau Triumph-Norton.
Biker dengan budget yang lebih rendah biasanya tetap menggunakan mesin Triumph namun mengganti rangkanya dengan milik BSA. Perpaduan ini seringkali disebut "Tribsa", Triumph-BSA.
Gabungan paling terjangkau kala itu adalah frame Norton yang menggendong mesin Vincent. Perpaduan ekonomis ini disebut "Norvin", Norton-Vincent.
Meskipun kini motor bergaya cafe racer tak lagi bernuansa "speed freak" atau gila kecepatan, modifikasi jenis ini tetap menyimpan cerita antusiasme biker Inggris kala itu. Cerita ini akan tetap dikenang oleh para pecintanya dan akan terus menjadi legenda.
Bagaimana Otolovers? Tertarik untuk membangun motor cafe racer?
(kpl/crn)