Otosia.com Skuter matik atau lebih dikenal sebagai skutik sudah jutaan unit beredar di jalan. Jumlah ini menunjukkan bahwa orang-orang saat ini memang suka dengan model sepeda motor tersebut lantaran dinilai lebih praktis.
Tidak dipungkiri bahwa motor bertransmisi otomatis atau memakai CVT lebih boros. Namun hal ini bisa diakali dengan cara berkendara yang hemat bahan bakar atau penggunaan pelumas yang berkualitas. Ada banyak pilihan pelumas khusus matik di pasaran, salah satunya Shell Advance 10W-40 AX7 Scooter.
Baca Juga
Dan ketika Otosia, mencoba mencari jawaban korelasi antara penggunaan oli dengan tingkat keiritan BBM, dipilihlah oli ini.
Salah satu alasannya, skutik tidak butuh banyak gesekan kopling karena sudah pakai CVT. Jadi dibuatlah sesuai kebutuhan sehingga lebih enteng. Kalau dipikir-pikir, kenapa setelah sekian lama dan sekian juta orang pakai motor ini, urusan oli tersebut baru diurus seperti sekarang?
Karena mau langsung tahu rasanya seperti apa, kami segera mencobanya. Namun, sebelum melakukan kick-off, kami memilih beberapa model dari sederet merek yang bisa diisikan pelumas ini.
Kami awalnya menimbang-nimbang, apa sebaiknya pakai Honda Vario 150, atau Yamaha Nmax. Lalu ada ide juga untuk memakai Honda Scoopy, atau juga Yamaha Mio M3 yang disebut-sebut super-irit itu.
Namun, akhirnya pilihan soal media uji jatuh ke Honda Scoopy dengan beberapa pertimbangan, salah satunya karena Honda Scoopy memiliki kubikasi paling imut, se-imut tongkrongannya, yakni 109 cc, sehingga kami berasumsi, pengukuran rasio bahan bakar nantinya bisa lebih akurat. Selebihnya, kami iseng saja ingin tahu apakah motor bergaya klasik ini bisa dikerjai melewati medan berat atau tidak.
Selain itu, Scoopy dipilih agar ujian lebih terasa daripada jika harus menggunakan motor matik dengan kubikasi mencapai 150cc misalnya, di tiga medan yang bakal kami coba untuk penggunaan Shell Advance 10W-40 AX7 Scooter yang dipergunakan bagi motor matik.
Karena kami berpikir, rasanya medan-medan yang akan kami lalui bakalan terlalu enteng untuk dilewati menggunakan motor berjantung besar, makanya motor dengan kubikasi yang kecil seperti Honda Scoopy ESP ini bakalan jadi salah satu yang paling cocok untuk kemudian jadi bahan siksaan di tiga medan yang cukup berat.
Kalau menurut mas-mas mekanik yang menggantikan oli Si Scoopy, Shell Advance 10W-40 khusus matik bakalan membuat kinerja mesinnya lebih maksimal karena dilengkapi Active Cleansing Technology, selain karena oli ini sudah full synthetic sehingga kondisi kebersihan mesin jadi lebih terjaga.
“Kalau sudah diganti oli ini, tarikan awalnya pasti enteng, jadi enak buat akselerasi di awal,” ujar si mas sambil nyengir menenteng botol Shell yang sudah kosong seraya mengelus-elus jok motor sampai belepotan oli bekas.
Sambil kami gunakan untuk mengarungi jalanan sehari-hari, Scoopy Si Krem ini kami jajal di beberapa medan yang akan merepresentasikan beberapa poin. Kami memilih untuk mencoba motor kami dari Kota Malang untuk menempuh jarak yang lumayan ke Surabaya, untuk mengukur keandalan rasio bahan bakarnya pasca-ganti pelumas.
Selain itu, oktan BBM pun kami seimbangkan. Lalu karena penasaran dengan ucapan sang mekanik yang mengatakan akselerasi awalnya bakalan maknyus, kami menambah dua rute uji lagi.
Dua rute uji tersebut adalah wilayah Batu-Pujon Kabupaten Malang bertikungan-tikungan kecil yang potensial untuk bikin penumpang mobil mabuk darat, serta rute Songgoriti-Pujon yang elevasi kemiringannya sangat cocok untuk membuat kendaraan mengejan parah.
Video Terpopuler yang Kamu Cari
powered by
RUTE PERTAMA
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3732716/original/019297200_1639790793-pertaman2l.jpg)
Rute pertama, perjalanan dari Kota Malang menuju Surabaya kami awali dengan tepokan besar di dahi karena baru sadar kalau tanggal ketika kami menguji motor ini bebarengan dengan liburan panjang akhir pekan hari Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu, dimulai tanggal 5 Mei 2016. Walhasil, kami ketar-ketir dengan kemacetan yang akan mencegat, sampai-sampai kami dalam hati sudah mempersiapkan schedule untuk pijat refleksi sepulang test drive.
Namun, di sisi lain, kami sadar. Dengan adanya potensi macet, kami jadi lebih bisa mengukur seberapa jauh pengaruh dari penggantian pelumas menggunakan Shell Advance 10W-40 AX7 Scooter dalam rasio konsumsi bahan bakar.
Karena itu, perjalanan pagi pasca-subuh kami pilih supaya tetap sempat merasakan akselerasi dari Si Krem dan pulang agak siang karena siapa tahu bisa menemui pusat kemacetan dan membuat catatan khusus.
Pukul 06.00 pagi, kami bergegas mencekik gagang akselerasi motor ini pasca-digerojok BBM dengan oktan 90, full tank, yang terisi lebih kurang 3 liter hingga menyentuh mulut tangki. Pasca-jalanan yang penuh dengan "jerawat" setelah jembatan flyover Lawang, Kabupaten Malang, menuju Pandaan, barulah akselerasi motor bisa dijajal.
Hentakan awal sukses bikin kami nyaris terjengkang karena perubahan momen yang mendadak. Performa motor kami seperti orang yang diguyur kafein, mendadak penuh tenaga. Di sinilah kami bisa merasakan "the oil kicks in" pada 5 kilometer pertama. Shell Advance 10W-40 mulai menampakkan pengaruhnya dan secara cepat menggiring motor ke RPM yang lebih tinggi.
Di dalam catatan kami, akselerasi dari 0 hingga 80 km/jam ternyata bisa ditempuh dalam waktu 13,5 detik saja. Iseng-iseng, kami pakai speedometer digital pada gadget kami. Hasilnya, dalam waktu 13,5 detik, kecepatan yang tercatat adalah 80,3 km/jam. Peningkatannya tidak terlalu signifikan memang. Namun, menurut pengamatan kami, ini sudah jauh lebih cepat dari klaim beberapa sumber yang memberikan variasi angka dari 14 detik hingga 14,5 detik untuk menggapai akselerasi 80 km/jam.
Menuju tengah hari, kami berinisiatif untuk kembali ke Malang. Bahkan sesaat setelah melewati perbatasan kota Sidoarjo, kami sudah mengendus sangitnya knalpot truk namun itulah yang kami cari dan sekaligus segera menuju pusat kemacetan, siapa tahu bisa ikut melakukan "mosh pit" di sana.
Harusnya kami ingat dengan pepatah "be careful what you wished for" karena bukan hanya kemacetan yang kami jumpai dari Bundaran Apollo hingga kembali ke Lawang, melainkan juga pengendara motor tanpa helm, sapaan dari bus hijau berlambang panda, serta beberapa kecelakaan minor dari pengendara motor dan mobil lain yang menyebabkan kami sering stop and go.
Sambil lirik-lirik fuel meter, kami agak kaget karena setelah menembus rute antar-kota, angka yang ditunjukkan hanya turun hingga tersisa sepertiga tangki. Padahal, kami berharap bahwa BBM yang kami isikan habis semuanya, dan mesin mati saat sudah kembali.
Jika dirata-rata menggunakan perhitungan kasar, maka Honda Scoopy kami mengonsumsi 1 liter BBM untuk 60-an km dengan total jarak 132 km pergi-pulang, sedap! Rasio konsumsi yang kami hitung sudah jauh lebih baik daripada sebelum kami menggunakan Shell Advance 10W-40.
Kami juga agak kaget karena pasca-ganti oli, hawa mesin motor kami juga tak terasa panas, berkat viskositas Shell Advance 10W-40 AX7 Scooter yang secara cepat mereduksi temperatur mesin pasca-penggunaan jarak jauh yang dikombinasikan dengan stop and go dan cuaca panas ala negara tropis.
RUTE KEDUA
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3732717/original/060714400_1639790794-kedua7um.jpg)
Hari kedua, kami merasa lega karena tak lagi harus berurusan dengan kemacetan yang luar biasa. Hari ini, kami akan mencoba naik menuju Pujon, Kabupaten Malang, melewati kelokan Payung untuk mengetes bagaimana kelincahan dan respons motor ini setelah ganti pelumas.
Sama seperti hari pertama, kami berinisiatif berangkat sejak pagi untuk bisa mencoba motor secara lebih maksimal.
Di hari kedua ini, karena oli sudah sempat dipakai sejauh 130-an km, kami juga merasa bahwa starter motor jadi lebih mulus. Shell Advance 10W-40 nampaknya sukses membuat proses menyalakan motor jadi lebih halus dan lancar, tanpa ada "batuk-batuk" seperti saat beberapa hari sebelum ganti oli.
Kami sempat terbius saat berangkat dari Kota Malang melalui Kota Batu karena angin dingin dan pemandangan yang cantiknya luar biasa. Inilah yang jadi alasan mengapa banyak perantauan mau bermacet-macet ria dari luar kota untuk datang ke kawasan ini. Kami hampir lupa untuk memberikan catatan.
Nah... dari persimpangan menuju wilayah Payung, kami coba melajukan sepeda motor dengan kecepatan rendah terlebih dahulu. Namun, kami terpaksa diharuskan untuk menghentakkan tarikan sepeda motor lebih awal, mengingat di belakang kami sudah ada bus Puspa Indah yang menuju Jombang, "Say Hi!" menggunakan klaksonnya.
Setelah itu, respons mesin sang Scoopy dengan leluasa kami eksplorasi karena medan yang sepi. Kami beruntung karena kelokan Payung sedang lengang. Gas-gas pendek saja sudah mampu untuk melesatkan Si Scoopy hingga kecepatan 50-an km/jam dalam sekejap untuk melahap tikungan dan trek pendek berkelok yang berjarak kurang dari 100 meter. Manis!
Buat gambaran saja, tarikan mesin motor lebih sigap dan responsif karena Shell Advance 10W-40 benar-benar membuat bensin yang disalurkan terbakar dengan lebih efektif, dan membuat mesin menyalurkan tenaga lebih cepat.
Sehingga, daerah Payung yang memiliki kelokan-kelokan bersudut kecil bisa dengan mudah dilewati dengan waktu yang relatif singkat.
Seharusnya, mas-mas mekanik yang kemarin mengisikan oli ke motor kami, kalau dia punya akun sosmed, sudah di-verified dan ada centang besar di bajunya. Soalnya, ucapannya bisa dipegang. Urusan belepotan oli di jok pun telah dimaafkan berkat ciamiknya Si Krem hari ini.
RUTE KETIGA
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3732718/original/024565900_1639790796-ketigabn1.jpg)
Hari terakhir, kami sengaja menyisakan satu rute lagi karena menurut kami cukup menantang, terutama untuk menentukan seberapa bagus ketahanan akselerasi di medan yang menanjak dan konstan.
Untuk alasan inilah, kami memilih Honda Scoopy, yang kubikasinya kecil. Rute ketiga ini juga sebenarnya ditempuh dari luar Kota Malang menuju kembali ke Pujon melewati Kota Batu. Namun, kami menggunakan jalur lain, yakni melewati tanjakan Songgoriti.
Buat yang kurang mendapatkan gambaran, tanjakan Songgoriti ini memiliki sudut tanjak yang cukup bikin ngeri. Gambarannya, motor 150 cc saja harus turun gigi hingga gigi pertama supaya tidak terseret mundur lagi ke Kota Batu. Nah, bisa dibayangkan kan bagaimana effort motor-motor berkubikasi kecil melewati tanjakan ini.
Berbekal doa, sarapan, dan ucapan mas mekanik tiga hari sebelumnya, kami langsung geber motor ini meniti tanjakan yang punya kemiringan kira-kira 40-an derajat ini.
Mengejan? Pasti. Namun, yang cukup mengejutkan, motor ini bisa melakukan letupan-letupan kecil seperti saat melewati kelokan Payung hari sebelumnya. Pengalaman kami dua hari sebelumnya berdasarkan hasil penggunaan Shell Advance 10W-40 otomatis membuat kami lebih optimis dengan tenaga motor kami yang lebih segar karena pelumasnya menggunakan Active Cleansing Technology. Efeknya, deposit-deposit di mesin terlenyapkan sehingga pergerakan mesin mulus membawa kami menanjak.
Walhasil, kami semringah bukan main. Bagaimana tidak, beberapa pengguna motor model sport dan motor pria yang juga lalu lalang di tengah kabut terlihat kesal karena kami bisa melewati mereka dengan mudah, sementara motor mereka masih harus agak digiring dengan gigi pertama karena bobot bodinya yang memang kurang jodoh jika harus dibawa lewat tanjakan Songgoriti.
At last but not least, tampaknya Shell Advance 10W-40 Scooter juga sukses mereduksi suara mesin. Ya meskipun kami tidak membuat catatan statistik khusus, rasanya bunyi motor ini lebih kalem daripada sebelum olinya diganti.
Pada hari ketiga saat kami sudah mencapai Pujon, agaknya kesimpulan bisa didapatkan dengan lebih cepat, terutama saat kami coba colok jari kami ke bagian mesin untuk kedua kalinya dan nyengir karena tak terasa sebegitu panas, sekalipun sudah menanjak sedemikian tinggi. Sekali lagi, omongan mas-mas mekanik tadi resmi menyandang stempel verified dari kami!