Sukses

Berpuas-puas Rakus di Aspal Sentul dengan Yamaha R25

Otosia.com Membaca spesifikasi R25 saja tentu tidak cukup dijawab dengan berangan-angan. Memang, sepeda motor sport bernama lengkap YZF-R25 ini punya tenaga paling besar di kelas motor 250 cc. Namun, tak berapa lama, rasa penasaran itu akhirnya terjawab ketika Yamaha Indonesia mengadakan tes untuk "big brother" dari R15 tersebut.

Medan yang disediakan pun memungkinkan kami untuk berpuas-puas dalam mencobanya. Soalnya, tes bukan berlangsung di area kecil, melainkan langsung di sirkuit internasional Sentul, Jawa Barat.

Di benak Otosia pun langsung berjejal macam-macam rencana untuk membuat skema dalam menakar jalur lurus, kelokan satu lengkungan, hingga tikungan S, supaya kami bisa merasakan seperti apa Yamaha R25 ketika melalui semua itu. Pasalnya, dari situlah "si monster kecil" ini bisa benar-benar dirasakan untuk selanjutnya kami ceritakan.

Sayangnya, rasa deg-degkan di tengah semangat itu sempat surut lantaran ternyata salah satu calon presiden Pemilu 2014 tiba-tiba mengadakan kampanye dengan memakai sirkuit tersebut. Mereka direncanakan akan mengelilingi Sirkuit Sentul sebanyak satu putaran. Tapi ya sudahlah...

- Pelintir sampai habis

Setelah punya kesempatan untuk menjajal Yamaha R25, maka yang terbayang adalah kami akan siap-siap pelintir gasnya sampai habis. Bukan tanpa alasan, yang membuat semangat kami membuncah pada hari ini adalah klaim data bahwa R25 punya tenaga di atas Kawasaki Ninja 250 dan CBR250R. Menurut spesifikasi, YZF-R25 punya tenaga 36 PS, sementara power maksimum Ninja 250 adalah 32 PS, dan Honda CBR250R berada di angka 29 PS.

Rencana itu serta-merta kami realisasikan pada trek lurus. Gelontoran tenaga setiap perpindahan gigi begitu mengentak, apalagi ketika putaran mesin lewat dari batas 10.000 rpm....

Panel indikator mudah terlihat dan dijangkau mata rider. Indikator bensin, rpm, dan digital spidometer jelas dipandang.

Ini misalnya saja, saat kami berada dalam kecepatan 150 km/jam, mata pun mudah menjangkau petunjuk digital di panel indikator, dan memang jelas terlihat.

Di tengah rasa percaya diri, Otosia mampu mencapai 14.000 rpm dengan gigi 6. Spidometer menunjukkan angka 163 km/jam, dan setelahnya trek lurus itu habis untuk bertemu tikungan pertama.

- Tenaga pasca rebah

Di tikungan ini, kami merasakan janji Yamaha bahwa mereka membuat R25 dengan bobot berimbang antara depan dan belakang. Kalau berat sebelah, sudah pasti kami harus siap-siap atur egolan. Namun ini tidak terjadi lantaran kami melaju mulus.

Secara garis besar memang demikian. Akan tetapi, untuk "garis kecilnya" ada catatan yang tidak terlalu signifikan untuk posisi tangki, tepatnya posisi duduk. Jujur saja, paha dan dengkul terasa kurang menjepit atau mungkin menyatu sehingga ketika diajak merebah, butuh kemampuan riding sirkuit lebih supaya motor bisa melibas tikungan dengan baik sehingga motor tidak melebar saat menikung. Namun, dorongan torsi pasca tikungan begitu terasa... Nendang! Selepas belokan, putaran mesin begitu cepat naik. Ah, andai saja posisi stang lebih membungkuk.

Rem

Bagaimana dengan rem? Ketika asik memuntir handel gas, kami bersiap-siap dikagetkan dengan tikungan Sentul yang menantang. Selepas trek lurus, Sentul memiliki "sajian" model tikungan dengan satu lengkungan dan model "S kecil".

Kami mencoba kombinasi engine break dan pengereman. Beban dalam mengendalikan tenaga R25 terasa ringan mengingat rem didukung cakram floating 298 mm, piston ganda untuk depan, sementara belakang memakai cakram 220 mm dengan piston tunggal.

Daya redamnya didukung suspensi depan Telescopic Fork (diameter 41 mm) sementara suspensi belakang Monocross.

Sayang, kami harus hati-hati membejek rem pada dengan ban standar. Entah apakah ada faktor X untuk urusan ini, tetapi ban tersebut terasa kurang menggigit dalam kondisi gelontoran daya yang besar ini. Beberapa kali saat membelok, ban pun terasa membuang kanan dan kiri.

Namun, secara keseluruhan, akeselerasi dan respons setiap perpindahan gigi begitu membuat harapan-harapan kami terpuaskan, seiring pula dengan nada tarikan mesin. Dua putaran ini setidaknya memungkinkan kami untuk rakus untuk menjajal motor yang beberapa bagiannya mengadopsi tunggangan Valentino Rossi ini.

Positif

- tenaga besar

- ringan untuk dikendalikan

- akselerasi cepat

Negatif

- ban standar kurang mumpuni

- posisi duduk butuh penyesuaian

Video Terpopuler saat Ini
 (kpl/why/rd)
Loading