Sukses

Ingat! Alih Generasi Kendaraan, Bisa Saja Beda Busi

Otosia.com, Jakarta Dalam siklus produksi kendaraan, selama masih terus dipasarkan, pasti akan mengalami perubahan baik minor atau major. Biasanya perubahan major mengacu pada All New yang meng-upgrade semua lini kendaraan, baik bodi mau pun mesin. Di situlah konsumen harus jeli, memilih busi untuk kendaraan generasi baru karena belum tentu sama dengan seri lama.

Sebagai contoh motor matic paling digemari saat ini, Honda BeAT. Saking larisnya di Indonesia, sudah ada dua generasi yang melanglang buana di pasaran, yakni seri karbu dan injeksi. Pemakaian busi keduanya berbeda. 

 

Video Populer yang Kamu Cari
 

Seri Lama dan Baru

Model Honda BeAT karbu masih menggunakan kode busi CPR8 atau CPR9. Sementara seri injeksi berganti jadi MR9C-9N.

​​"Untuk BeAT tahun 2015 ke atas, sampai dengan sekarang ini, itu penggunaan businya sudah berganti. Yang tadi mungkin kalau tahu tahun 2014 ke bawah, mungkin kalian mengenal tipe CPR9 atau dengan CPR8. Cuma untuk tahun 2015 ke atas, itu sudah berganti jadi MR9C-9N. Jadi awas jangan salah,” tegas Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia. 

Aplikasi busi MR9C9N:

  • Honda Genio
  • Honda CRF150L
  • Honda CBR150R
  • Honda CB150R
  • Honda BeAT eSP
  • Honda BeAT POP eSP
  • Honda BeAT Street
  • Honda Scoopy
  • Honda Supra GTR150
  • Honda Sonic 150R 

Contoh lainnya bisa dilihat dari generasi Toyota Avanza dari masa ke masa. Toyota Avanza tahun 2000-2015 memakai mesin K3VE dengan busi DCPR7E. Sedangkan pada generasi tahun 2006-2015, sudah memakai mesin 3SZVE tapi tetap memakai kode busi serupa. Sedangkan ketika Avanza telah bergeser ke mesin 2NRVE, ia tidak lagi menggunakan DCPR7E, melainkan LKAR atau ILKAR6. Perubahan tersebut masih berlaku hingga All New Avanza karena masih memakai kode mesin sama.

Dari situ nampak bila inovasi dan teknologi engine terus berkembang, terutama soal pemakaian busi. Avanza tipe lawas masih memakai nikel. Seiring berjalannya waktu dan telah menggunakan mesin tipe NR, pilihannya tinggal dua busi yakni G-Power LKAR6AGP atau Laser Iridium ILKAR6B11.

Perlu diketahui bila pencarian tipe busi, kode busi berikut peruntukannya seperti contoh di atas dapat dengan mudah ditemukan lewat fitur “Cari Tipe Busi” atau “Part Finder” yang telah tersedia di laman resmi ngkbusi.com milik PT NGK Busi Indonesia. 

 

 

Pemakaian Nikel Semakin Ditinggalkan

Transformasi engine sangat dipengaruhi oleh aturan yang berlaku di suatu negara. Indonesia pun makin gencar menerapkan standarisasi EURO, sehingga menstimulus struktur konfigurasi kendaraan. 

Contohnya saja busi nikel tidak lagi memenuhi standar EURO 4 sehingga makin lama jelas akan ditinggalkan. 

"Ketika balik ke nikel, itu busi belum EURO. Nah, mobil-mobil sekarang sudah EURO 4,” terang Diko.

Selain itu, Laser Iridium jelas memiliki kapabilitas lebih mumpuni dari nikel, terutama dari sisi masa pakai. 

"Kilometer bisa, 6.000 sampai 10.000 kilometer buat motor. 20.000 sampai 40.000 itu buat mobil. Tapi itu buat nikel ya. Kalau buat yang logam mulia, itu 100.000 kilometer untuk mobil, 40.000 - 50.000 kilometer buat motor,” Diko menerangkan.

Dari sisi material dasarnya saja, Laser Iridium telah diracik dari logam mulia platinum pada elektroda massa dan iridium sebagai elektroda sentral atau yang jamak disebut DFE (Double Fine Electrode). Sudah dipastikan Laser Iridium jauh lebih unggul!

Bahan platinum memiliki temperatur oksidasi lebih tinggi ketimbang iridium. Saat terjadi loncatan api dengan voltasi tinggi dari elektroda sentral ke elektroda massa, maka platinum tidak mudah terkosidasi sehingga bikin umur busi lebih awet.

Lebih lanjut, busi iridium umumnya dirancang dengan elektroda lebih kecil untuk meredam efek quencing atau api cepat padam ketika proses pengapian. Dengan begitu pengapian berlangsung lebih optimal. 

 
Loading