Otosia.com, Jakarta Produk-produk kendaraan elektrifikasi makin kencang meluncur di Indonesia. Dunia mobil sendiri sudah ada beberapa merek yang muncul sebagai kendaraan full elektrik atau BEV (Battery Electric Vehicle). Tapi masih ada juga agen pemegang merek (APM) yang tarik ulur menyesuaikan situasi dengan meluncurkan seri hybrid.
Di Indonesia sendiri sudah ada sejumlah mobil bermesin hibrida, contohnya Toyota Corolla Cross Hybrid, Nissan Kicks Hybrid, Suzuki Ertiga Hybrid dan terbaru ada Wuling Almaz Hybrid dan Toyota Kijang Innova Hybrid.
Konfigurasi engine yang ditambah dengan baterai membuat kerja mesin konvensional jadi lebih ringan. Ya, setidaknya hanya ketika terjadi peralihan penggerak dari mesin pembakaran ke elektrik.
Kemudian bila ditarik garis lurus ke dunia busi, apakah kemudian akan bikin busi jadi lebih awet? Sebab, mesin listrik punya peran juga, sehingga busi seharusnya bisa sering istirahat.
Video Populer yang Kamu Cari
powered by
Ada Potensi
Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia dalam kesempatan coaching clinic kepada awak media di Tangerang Selatan, Sabtu (24/12/2022) membeberkan bila busi jadi lebih awet dari biasanya sangat mungkin terjadi.
“Logically yes. Karena beban elektrikal (dari baterai) lebih banyak dibandingkan beban si jenset tadi kan (mesin kombusi yang jadi generator daya listrik). Sedangkan motor bakarnya bukan sesuatu yang dipakai dengan load berat banget,” terang Diko.
Meski begitu, Diko belum berani menentukan angka pastinya misal akankah busi bisa awet dua kali lipat dari kondisi normal atau mungkin hanya sekian persen saja.
“Tapi saya belum tahu ya. Belum tahu angka pastinya. Mungkin saya harus ngecek, konfirmasi dulu ke Jepang,” lanjut Diko.
Fase Perubahan Zaman
Menurut Diko, ada siklus dan fase perubahan zaman yang akan terus berubah seiring kemajuan peradaban. Contohnya saja dulu nikel jadi andalan, sekarang sudah ada laser. Pasti ada waktunya berubah, makanya busi-busi untuk mobil hybrid pun sudah pasti menarik untuk dipelajari.
“Karena kita sudah pada fase, nikel yang harus sering diganti, kemudian ada logam mulia yang lebih awet tidak lebih sering diganti. Kemudian Laser lebih lama dikit diganti. Kemudian ditambah yang ini,” ujar Diko.
Ia mencontohkan satu kasus lagi ketika transisi Laser iridium muncul, seri Iridium sudah mulai tertinggal. Teknologi makin maju, dari iridium yang hanya memakai logam mulia tunggal, sekarang laser memadukan iridium dan platinum. Bahkan daya pakai laser terbilang paling tinggi mencapai 100.000 kilometer.
“Iridium IX itu enggak nyampek 100.000 kilometer. Karena dia single logam mulia, di center doang. Tapi kalau laser kan ada dua atas-bawah," imbuh Diko.