Otosia.com, Jakarta Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) baru-baru ini mengalami kenaikan. Pertalite kini dijual Rp 10.000 per liter, Bio Solar mencapai Rp 6.800 per liter dan BBM nonsubsidi Pertamax mencapai Rp 14.500 per liter.
Dengan terus melambungnya harga BBM di Indonesia, peralihan ke mobil listrik menjadi pilihan yang menarik. Selain lebih hemat bensin, mobil berbasis listrik pada umumnya juga lebih ramah lingkungan.
Baca Juga
Namun memilih mobil lsitrik tidak bisa sembarangan, lantaran kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Melansir edentyres.com, Senin (12/9/2022), mobil listrik bisa dibagi menajdi beberapa tipe, mulai dari hybrid biasa hingga Battery Electric Vehicle (BEV).
Berikut perbedaannya:
Video Terpopuler dan Paling Dicari saat Ini
powered by
1. Hybrid
Pertama adalah hybrid konvensional. Sistem ini pada dasarnya menggunakan motor listrik yang dipadu ke sebuah mesin, guna menekan emisi gas buang sekaligus membuat kinerja mesin lebih efisien.
Mobil hybrid konvensional tidak bisa diisi ulang menggunakan kabel listrik dan tidak bisa beroperasi layaknya mobil EV. Motor listrik bawaannya hanya membantu untuk memacu mesin, tidak tersambung langsung dengan roda.
2. PHEV
Selanjutnya adalah Plug-in Electric Vehicle (PHEV). PHEV pada umumnya bekerja sama seperti hybrid pada umumnya. Namun versi ini dikemudikan seluruhnya menggunakan tenaga listrik dari baterai bawaannya.
Jarak tempuh hanya menggunakan baterai sekitar 30-50 km saja dan jika habis, baterai bisa diisi ulang dengan colokan charger. PHEV pada dasarnya adalah versi lebih ramah lingkungan dari hybrid konvesional.
3. Range Extender
Range Extender berjalan menggunakan motor listrik dan baterai layaknya BEV, namun dipasangkan mesin konvensional dengan fungsi yang berbeda.
Berbeda dengan hybrid atau PHEV, mesin tersebut hanya bertugas untuk mengecas baterai saja. Mobil seluruhnya berdaya pacu dari motor listrik bawaannya, memberikan rasa berkendara instan layaknya mobil BEV.
Dengan demikian pemilik mobil range extender cukup mengisi bensin untuk melanjutkan perjalanan, tanpa perlu khawatir tidak menemukan charging station.
4. BEV
Berikutnya adalah BEV. Selaras dengan namanya, BEV seluruhnya berdaya listrik yang disimpan dalam baterai. Tanpa adanya mesin konvensional memberikan BEV rasa berkendara serba nyaman dan hening.
Pun mobil ini paling ramah lingkungan, lantaran tidak menghasilkan gas buang sama sekali. Namun jarak tempuh BEV sangat bergantung pada letak charging station, membuat mobil ini kurang fleksibel untuk perjalanan panjang.
5. FCEV
Terakhir adalah Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). Tipe mobil listrik ini paling jarang digunakan, baik dalam negeri maupun internasional. Padahal tipe ini terbilang paling mendekati dengan mobil konvensional, di mana pengisian bahan bakar dilakukan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Namun FCEV dengan bahan bakar hidrogen kurang diminati karena biaya proses pengambilan hidrogen masih mahal dan kurangnya dukungan dari pemerintah di berbagai negara. Hal ini membuat infrastruktur SPBU pengisian hidrogen masih sangat terbatas secara global.