Sukses

BBM Naik Diprediksi Picu Melejitnya Angka Inflasi, Apakah Harga Mobil Daihatsu Ikut Terkerek?

Otosia.com, Jakarta Pemerintah telah menaikkan tiga jenis bahan bakar minyak (BBM) antara lain Pertalite, Pertamax dan juga Solar. Padahal tiga jenis BBM ini banyak disedot oleh kendaraan masyarakat untuk operasional sehari-hari.

Dalam hitungan Lembaga ECO Marco Blast, menjulangnya harga BBM itu tak urung bakal meningkatkan level inflasi Indonesia. Kenaikan harga Pertalite sebesar 30,72 persen dan Pertamax sebesar 16,00 persen secara total akan menyumbang inflasi sebesar 1,35 ppt.

Sementara untuk kenaikan harga Solar sebesar 32,04 persen akan berkontribusi sebesar 0,17 ppt pada tingkat inflasi.

"Hitungan ini sudah memperhitungkan first round impact atau dampak kenaikan harga ketiga jenis BBM tersebut secara langsung, dan second round impact atau dampak lanjutan pada inflasi seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan sebagian harga barang dan jasa lainnya pula," tulis Eco Marco Blast dalam keterangan resmi, Jakarta, Minggu (4/9/2022).

Diperkirakan inflasi pada akhir tahun 2022 akan berada pada kisaran 6,27 persen. "Atau lebih tinggi dari angka proyeksi awal kami yang sebesar 4,60 persen. Inflasi inti kami proyeksi akan berada pada kisaran 4,35 persen pada akhir tahun 2022," jelas mereka.

Lantas, dengan tingginya prediksi angka inflasi tersebut kemudian akan berimbas pada harga kendaraan, khususnya produk-produk seperti Daihatsu?

 

 

 

 

Ada Banyak Faktor Pendukung Kenaikan Harga Mobil

Sri Agung Handayani, Direktur Marketing dan Direktur Corporate Planning & Communication PT Astra Daihatsu Motor memaparkan bila kenaikan harga mobil sebenarnya tidak cuma dikaitkan dengan inflasi. Menurutnya ada banyak faktor lain, contohnya makro ekonomi.

"Inflasi itu banyak faktor ya, salah satunya itu memang kenaikan harga bahan bakar. Tapi kalau kita berbicara industri otomotif, dengan kita mengikutinya sudah sangat lama, sebenarnya industri otomotif bukan hanya ditentukan oleh inflasi, tapi juga ada beberapa makro ekonomi yang sangat mendukung kita, salah satunya GDP bila baik, maka daya beli juga baik," tutur Sri Agung di GIIAS 2022 Surabaya kepada Otosia.com, Jumat (16/9/2022).

Lebih lanjut, ada juga soal faktor suku bunga Bank Indonesia. Bila ada koreksi dari pihak perbankan, tentunya akan turut menarik-ulur kenaikan harga mobil.

"Termasuk suku bunga Bank Indonesia, kita lihat kemarin 4,25 turun ke 4, terus mereka predict 3 koma sekian, itu juga sangat memengaruhi daya beli, khususnya first buyer yang melakukan pembelian kredit dan kebetulan kami 80% itu kredit yang beli mobil," timpalnya.

"Jadi sebenarnya, kalau ditanya ada impact-nya atau tidak, banyak faktor termasuk perekonomian akibat makro yang tumbuh tadi, automatically dia akan mengenerate hubungan suply-demand. Jadi bukan hanya satu faktor dari inflasi saja," imbuh dia menegaskan.

 

Harga Produksi dan Distribusi Meningkat

Hendrayadi Lastiyoso, Marketing and Customer Relation Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation, dalam kesempatan yang sama turut menjelaskan bila ia tidak menampik adanya kenaikan dari berbagai sisi, terutama biaya produksi dan distribusi.

"Impact-nya tadi sudah disampaikan ada dua, pasti biaya produksi naik dong. Karena semua naik, pasti biaya produksi naik. Yang kedua, bukan hanya hulu, di hilirnya juga, biaya distribusi juga akan naik. Karena mobil itu kan dari Jakarta, dari pabrik kemudian dari Astra Daihatsu kan disalurkan. Biaya pengiriman ke Surabaya, juga pasti naik, kalau ongkos bensinnya, ongkos tol semua naik. Jadi biaya produksi dan biaya distribusi, pasti akan naik," papar Hendrayadi.

 

Tapi Apakah Harga Mobil Akan Naik?

Meski begitu, Hendrayadi menekankan tidak serta merta harga mobil Daihatsu kemudian akan langsung naik. Ia menjelaskan bila banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar kemudian konsumen tidak lari.

"Kita juga harus melihat kompetisi di pasar. Kalau Daihatsu naik sendiri, sedangkan brand-brand lain belum naik, kita juga harus lihat," tukasnya.

Ia pun menambahkan Daihatsu harus melihat daya beli konsumen bila harga mobil kemudian naik.

"Tetapi kan, kalau menaikkan harga mobil, kita juga harus melihat, kalau kita naikkan nanti daya beli konsumennya jadi turun enggak? Kalau kita tahan, daya belinya bisa kita maintain enggak? Sehingga nanti konsumen tetap bisa beli mobil. Itu yang harus kita pertimbangkan," ujarnya lagi.

 

Masih Dikaji

Kemungkinan kenaikan harga mobil Daihatsu masih tanda tanya. Menurut Hendrayadi, Daihatsu kokoh mempertahankan harga yang ada saat ini meski harga BBM sudah naik sejak beberapa hari lalu.

Dia pun menegaskan kalau pihaknya tengah mengkaji dan mempelajari potensi kenaikan harga tersebut dan imbasnya ke depan.

"Nah, saat ini kami sedang mengkaji, masih mempelajari. Tidak serta merta, semuanya naik, harga mobil juga naik. Secara teoritis, ya naik juga begitu. Intinya adalah, secara teori harusnya naik, baik biaya produksi dan distribusi. Tetapi jawaban kami adalah, tidak serta merta. Dalam waktu dekat ini, kami masih mengkaji, sehingga saat ini kami masih menggunakan harga lamam," tutup Hendrayadi.

Loading