Sukses

Celoteh Sopir Fuso Euro 4 Merentas Belantara Kalimantan, Gesit Tak Harus Berisik

Otosia.com, Jakarta Sama seperti pagi-pagi biasanya, Sumari, warga Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kuta Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur, bergegas mengambil perlengkapan menyopirnya. Ia adalah satu dari sekian sopir truk yang pagi itu mendapat orderan mengangkut material bangunan untuk dikirim ke pelanggan.

Kebetulan, hari itu, Jumat (28/1/2023), ia sedang tidak bertugas di tambang batu bara. Ya, pekerjaan tetapnya ialah sopir tambang, tapi menyambi jadi penyetor material bangunan ketika tidak sedang shift pagi. Dari sini, pengalaman menyetirnya pasti bukan kaleng-kaleng.

Sumari punya gacoan dalam menerjang ruas jalan pulau khatulistiwa itu, khususnya kawasan Kalimantan Timur yang menyimpan seribu cerita. Tepatnya, trek yang sulit ditakklukkan, apalagi ketika sedang menampung muatan dan menerjang kawasan hutan yang becek karena hujan. Ia mengandalkan Mitsubishi Colt Deisel PS120 atau yang jamak dijuluki truk Tepak Ragasa.

"Kalau dibilang dari sisi performa, jelas puas sih. Biar tua tenaganya masih oke. Kalau Canter ya sudah beda lagi. Tapi untuk kebutuhan di Kalimantan, biar Ragasa masih sangat kuat kok," celoteh Sumari diselingi gelak tawa via sambungan telepon, Jumat (27/1/2023).

Pengalaman menjadi sopir truk selama lebih dari 20 tahun yang dimulai sejak ia memutuskan bertransmigrasi dari sebuah pelosok desa di Pacitan ke Kalimantan, membuatnya yakin truk Mitsubishi pilihan tepat. Bahkan, ia punya dua unit--satunya dipakai untuk rental.

Mengendarai truk tua yang lahir sekitar tahun 2004 memang sedikit tricky menurutnya. Tidak jarang ia terpikirkan untuk update; menambah unit truk, dengan model terkini yang lebih absolute dalam menopang kerjaannya sehari-hari. Kemudian ia menyebutkan nama Mitsubishi Canter Euro 4.

Bukan asal ngomong, tapi berbekas pengalaman berkali-kali menyetir unit kepunyaan orang lain dalam satu 'komunitas sopir material' di sana, Sumari seperti menemukan secercah solusi mengapa Canter termuda itu justru jadi idaman.

"Di sini itu Canter banyak banget. Punyaku malah terbilang tua. Tapi kalau di komunitasku sudah banyak Canter model terbaru. Sudah pernah aku coba semua. Canter Euro 4 aja banyak kok. Tuh dipakai perusahaan-perusahaan ekspedisi juga, seperti buat kirim ayam ke Sulawesi. Ada sih yang dipakai tambang batu bara sama sawit," imbuh Sumari.

Sebagai orang yang setiap hari lalu lalang di medan berbatu, tanah, aspal sampai berlumpur Canter Euro 4 serasa punya torsi yang ia cari, menyempurnakan seri Canter Euro 2 yang ia juga pernah coba, terlebih memaksimalkan kelemahan Tepak Ragasa kepunyaannya.

Canter Euro 2 menurut dia punya titik menantang saat kaki-kaki truk sedang amblas terjebak tanah basah atau berlumpur. Tarikan bawah butuh hentakan-hentakan kecil hingga sedang untuk melepas hambatan. Meski begitu, tatkala jalanan padat apalagi beraspal bahkan pegunungan terjal, Canter tiada lawan!

Beda cerita dengan varian Euro 4. Truk light duty ini sempurna di semua sisi, cekatan di arus bawah, andal melepas cengkraman tanah basah, dan tentunya terbayar kontan melaju di jalan datar. Rasa-rasanya pun, suaranya jadi lebih anteng tak menderu seperti model terdahulu. Ya, yang gesit tidak harus berisik!

Belum berhenti sampai di situ, pria berjenggot tipis itu mengakui pilihan logis soal Canter Euro 4 tak jauh dari pertimbangan usia kendaraan. Semakin muda, terpangkas juga biaya perawatan meski ada rupiah lebih besar di awal pembelian.

Tolok ukur pemikiran itu bukan berarti karena faktor sparepart yang minim atau sulit dicari. Justru sebaliknya. Di lingkungan Kalimantan Timur tempat ia tinggal dan bekerja, suku cadang Canter melimpah ruah. Dealer resmi di mana-mana, bengkel besar penyedia part Canter berjamur di beberapa titik dan menariknya lagi, harganya tidak jauh dengan pasaran di pulau Jawa.

"Udah enggak perlu khawatir kalau punya Canter di Kalimantan. Banyak kok bengkel resmi, diler resmi dekat sini, kayaknya ada tiga. Bengkel-bengkel juga ada dekat-dekat sini. Sparepart banyak di bengkel-bengkel itu ada. Aku cari model macam apa pun ada," jawabnya sesumbar.

Dia mencontohkan suatu hari mendapati harga alternator yang hanya berselisih sekira Rp500 ribuan dibandingkan di Jawa Timur. Andaikata membeli dari luar pulau lalu dikirim ke Kalimantan, patokan lebih murah itu kira-kira akan berujung sama saja, karena harus ditambah ongkos kirim.

Tidak heran bila kemudian di luar komunitasnya, Sumari menemukan banyak sekali Canter Euro 4 berseliweran.

Itu membuktikan bila truk Fuso Euro 4 bisa diterima di mana pun berada. Pun PT Krama Yudha Tga Berlian Motors (KTB) pernah bilang, permasalahan suku cadang bukan persoalan lagi. Mereka memastikan, baik Euro 4 dan Euro 2 tidak jauh berbeda.

"Apa yang membuat kita yakin dengan Euro 4? Kurang lebih komponen dari Euro 4 sama dengan Euro 2. Jadi, konsumen tidak perlu khawatir," kata Duljatmono, Direktur Sales dan Marketing PT KTB, seraya menambahkan bahwa mekanik profesional juga sudah ditraining dan penerapan strategi digitalisasi.

Sejauh ini, menurutnya, para konsumen di daerah bisa berterima dengan perubahan yang ada. Walau demikian, Duljatmono menyebut bahwa strategi marketing tetap berjalan terkait perubahan ini.

Hal senada disampaikan Aji Jaya, Vice President of Sales & Marketing KTB. Dalam mempersiapkan Euro 4, pihaknya sudah menyiapkan fasilitas khusus untuk mewadahi kebutuhan konsumen.

"Karena ada perubahan teknologi kami mempersiapkan fasilitas bengkel yang sesuai dengan kendaraan Euro 4. Jadi memang ada yang harus dipersiapkan untuk merespon customer saat mereka menggunakan kendaraan Euro4," kata Aji.

Lebih dari itu, Sumari tak punya pertimbangan lain lagi. Sebagai seorang yang mengumpulkan pundi-pundi rezeki dari jalanan, ia selalu berpikir membeli kendaraan operasional harus relate dengan cuan. Gesit, praktis dan taktis adalah solusi segala persoalan. Akan tetapi, di balik itu, kalau mau dirunut lagi, ada satu hal yang tidak ia sadari. Apa itu?

Video Terpopuler saat Ini
 

Euro 4 dan Panjang Napas Kehidupan

Mari kita logika, mungkinkah sebuah kebijakan Euro 4 yang berdampak pada industri skala besar diterapkan tanpa imbas kebaikan yang benar-benar diperhitungkan? Jawabannya sudah jelas tidak.

Standar Euro awalnya diaplikasikan oleh negara-negara Eropa yang tujuannya untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan. Prosesnya sudah dimulai sedari tahun 1990 (Euro 1). Indonesia baru saja masuk Euro 4 tanggal 7 April 2022 lalu dengan upaya menekan emisi hingga 26 persen. Padahal di Eropa sekarang telah sampai pada Euro 6 dan berlaku sejak tahun 2014.

Sektor transportasi di Indonesia, berdasar pada data 2019 silam, menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua sebesar 157 juta ton CO2 atau 27 persen. Sedangkan sektor industri merupakan yang pertama dengan catatan 215 juta ton CO2 atau 37 persen.

Lalu apa signifikannya Euro 4 bagi kehidupan? Kenapa juga produsen kendaraan berlomba-lomba mengeluarkan produk Euro 4? Bahkan Indonesia menargetkan puncak emisi gas rumah kaca pada 2030 dan nol emisi (net zero emission) tahun 2060 atau lebih awal.

Terlepas dari kepatuhan pada aturan, merek sebagai bagian dari pelaku industri punya tanggung jawab moral dan sosial, termasuk menjaga lingkungan tempat mereka berkembang.

KTB misalnya. Distributor resmi kendaraan niaga Mitsubishi Fuso Truk and Bus Corporation (MFTBC) di Indonesia ini sekalian meluncurkan 15 varian Canter dan 14 varian Fighter X pada bulan Maret 2022 lalu. Kesemuanya sudah memakai standar Euro 4.

Kemampuan terhebatnya menyaring emisi berkat pemakaian teknologi Exhaust Gas Recirculaion, Positive Crankcase Ventilation dan Diesel Oxidation Catalyst Muffler yang efektif menurunkan kadar NOx (Nitrogen Oxide) untuk memproduksi udara lebih sehat.

Pengurangan emisi truk Fuso Euro 4 bukan omong kosong belaka. Setidaknya gas buang beracun itu bisa dipangkas sampai 50% ketimbang Euro 2 atau di bawahnya.

Dengan begitu mereka sudah memenuhi kewajiban mengikuti Baku Mutu Emisi Gas Buang yang pengujiannya menggunakan bahan bakar minyak diesel (solar) dengan Cetane Number (CN) paling sedikit 51, kandungan sulfur maksimal 50 ppm dan kekentalan 2-4,5 mm2/s.

Sementara mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna memicu polutan atau komponen yang menjadi sumber pencemaran udara. Nah, dalam gas buang yang keluar dari knalpot sendiri mengandung zat kimia seperti CO, NO2, HC, Pb dan partikel debu.

Bila terus-terus dihirup oleh manusia, potensi kerusakan pada jaringan tubuh organisme sangat besar, misalnya menyebabkan iritasi, sesak napas, asma, kanker paru, merusak pembuluh darah dan menurunkan kadar oksigen dalam tubuh. Truk Euro 4 bukan seperti janji politik yang melenakan, tapi real punya imbas spesifik untuk masyarakat.

Kesadaran perihal efek samping Euro 4 seperti ini yang belum disadari oleh banyak kalangan. Para sopir seperti Sumari contohnya. Bahwasanya membeli truk baru dengan teknologi pemangkas emisi sebetulnya sama dengan beramal, menyumbang kebaikan untuk alam sekalipun sedang berjuang menimba pendapatan. So, edukasinya masih harus digalakkan!

Dengan kata lain, mengurangi emisi kendaraan sebenarnya sama dengan memperpanjang napas kehidupan.

Tepis Krisis Ekonomi

Statistika pertumbuhan ekonomi nasional bergantung pada banyak sekali faktor. Tahun 2023 ini dibilang ibarat bermain petak umpet, yang tidak ada seorang pun tahu possibility besar-kecil kemunculan gejolaknya, isinya banyak mencari, memprediksi sekalian menebak angka-angkanya. Bahkan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo, memprediksi adanya resesi ekonomi akibat krisis global berkepanjangan seperti pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Sedangkan seperti apa relevansi antara truk Euro 4 dan ekonomi?

Tulang punggung bergeraknya aktivitas ekonomi ialah distribusi. Pilar penopang berikutnya dipegang oleh kelancaran perjalanan, truk yang andal di segala medan. Lebih-lebih Indonesia padat topografi perbukitan, gunung-gunung dan jalanan bergelombang. Sopir-sopir andalan seperti Sumari banyak dibutuhkan, karena menjadi bagian dari perputaran arus uang.

KTB berhasil menerjemahkan kebutuhan itu dengan menghadirkan truk Euro 4 yang spesifikasinya moncer untuk segala hal. Seri Canter mengusung warisan teknologi Colt Diesel yang disemaikan ke dalam mesin 4V21 dan 6M60 untuk Fighter X. Dilengkapi inovasi Common Rail, klaim produksi tenaganya jadi lebih optimal. Torsi pun ikut terkerek bahkan di zona RPM lebih panjang. Makanya, layaknya pengalaman Sumari, truk Canter Euro 4 terasa lebih mencakar rintangan tanah basah.

Kabar baiknya, truk yang telah disempurnakan itu diterima konsumen hingga 6.000 unit dalam kurun waktu tiga bulan saja. Kontribusi besarnya disokong Fuso Euro 4 Regional Launching yang mencapai 4.378 SPK. Rinciannya 3.399 untuk Canter dan Fighter X 979 unit. Jangkauannya tersebar ke 22 kota melalui 52 diler resmi KTB.

Pun sewaktu di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 selama 10 hari, jumlah yang terjual tembus 1.699 SPK: 1.113 untuk Canter dan 586 untuk untuk Fighter X.

Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2022, semua tipe Fuso yang terjual sebanyak 37.586 unit, melibas Isuzu yang terjual 36.646 unit dan Hino 3.856 unit. Ini yang kemudian mengukuhkan Fuso sebagai market leader di lini kendaraan niaga.

Ini berarti peralihan menuju era kendaraan bersih polusi kian efektif dan makin diminati. Seiring waktu, hukum alam yang akan menyeleksi -- berirama dengan gencarnya edukasi dan pemasaran -- unit-unit yang tidak lagi layak jalan mulai tersisih dan amunisi yang terus memberikan pembaruan untuk lingkungan tumbuh subur bersama peradaban.

KTB pun tegas mengumumkan telah menyetop produksi truk Euro 2 sedari tanggal 6 April 2022 silam dan beralih sepenuhnya ke Euro 4. Bila masih ada ketersediaan, itu berarti hanya sedang menghabiskan stok saja.

Truk Euro 4 sendiri sebenarnya tidak cuma bersahabat dengan lingkungan, tapi juga dompet konsumen. Urusannya soal efisiensi bahan bakar yang lebih baik, meski secara eksak tidak bisa dipastikan sekian persennya. Sumari dalam percobaannya menyatakan hal serupa.

Menurutnya, dari kacamata penilaian orang awam tanpa didasari pembuktian ilmiah, bahan bakar truk Euro 4 sebenarnya tidak jauh beda. Tapi memang di sisi lain tidak ada faktor yang sekiranya membuat Euro 4 lebih boros ketimbang truk Euro 2.

Nobukazu Tanaka, President Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors mengatakan, “Saya senang mengetahui bahwa produk EURO4 kami diterima dengan baik oleh konsumen. Setelah pengiriman unit, kami akan terus menunjang bisnis konsumen dengan dukungan penuh dari tim aftersales, melalui jaringan dealer terluas di seluruh Indonesia. Kami memastikan konsumen terlayani dengan baik."

Walhasil, kehadiran truk Euro 4 sama juga menjaga efisiensi sampai pada lini terbawah, menyediakan akomodasi lebih kompeten serta membantu arus ekonomi berjalan lancar. Tingginya peminatan pasar pada truk Fuso Euro 4 tersebut sekaligus bisa jadi satu indikator siklus ekonomi masih berjalan baik, industri tak berhenti produksi dan ekonomi Indonesia anti kendur oleh badai resesi. Semoga!

Loading