Otosia.com, Jakarta Baterai kendaraan listrik adalah salah satu komponen penting dalam mobil listrik. Baterai ini bertindak sebagai sumber daya utama kendaraan listrik dan berperan dalam menentukan jangkauan kendaraan, kinerja, dan keandalan. Seperti halnya dengan semua teknologi, kemajuan teknologi baterai kendaraan listrik terus berkembang dan terus memperbaiki kinerja dan keandalannya.
Sebagai salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia berpotensi memproduksi sendiri baterai kendaraan listrik berbagai jenis. Terlebih pemerintah akan membangun lebih banyak fasilitas pengolahan mineral atau smelter.
Baca Juga
“Indonesia punya potensi membuat baterai lithium karena sebagai produsen nikel terbesar kedua di dunia. Bahannya sudah ada, lithium kan cuma bahan tambahannya saja. Saya pikir Indonesia bisa menjadi salah satu pelopor mobil listrik nantinya. Namun yang penting adalah pembangunan smelter,” ujar Rifqi Isnanda, Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (IKA ITS) Jakarta Raya.
Sejauh ini Indonesia masih bergantung pada perusahaan asing dalam pengembangan dan pabrik baterai kendaraan listrik.
Video Terpopuler yang Wajib Kamu Tonton
powered by
Smelter
Saat ini sudah 7 proyek smelter telah diselesaikan di tahun 2022 yakni, PT Aneka Tambang di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, PT Vale Indonesia di Sulawesi Selatan, PT Wanatiara Persada di Maluku Utara, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, dan PT Weda Bay Nickel di Maluku.
Selain itu ada PT ANTAM (proyek P3FH) di Maluku Utara dan PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kalimantan Selatan yang merupakan smelter besi menghasilkan sponge ferro alloy. Dan pada tahun ini pemerintah menargetkan menambah lagi 17 smelter.
“Pembangunan smelter harus terus ditambah, sebab ini menjadi salah satu cara mempercepat hilirisasi di bidang pertambangan. Kalau ditambang, terus langsung diekspor, ini jadi tidak ada nilai tambah buat kita,” tukas Rifqi.
Keuntungan
Ketika berbicara teknologi kendaraan listrik, salah satu elemen kunci adalah baterai. Indonesia memiliki keuntungan besar dalam produksi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik, seperti nikel dan kobalt.
Selain itu, pemerintah Indonesia telah memberikan dukungan dan insentif untuk industri ini, termasuk penghapusan pajak impor untuk bahan baku dan konsesi pajak untuk perusahaan yang berinvestasi di sektor ini.
Semua faktor ini telah membuat Indonesia menjadi salah satu produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, dan kami optimis bahwa Indonesia akan terus memimpin dalam industri ini di masa depan.
Biaya Operasional
Manfaat dari baterai kendaraan listrik yang diproduksi di Indonesia sangat besar. Mereka lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil, dan juga memiliki biaya operasional yang lebih rendah.
Dengan semakin banyak kendaraan listrik di jalan, ini bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kualitas udara.
Selain itu, produksi baterai kendaraan listrik juga membuka peluang besar untuk ekonomi Indonesia. Industri ini menawarkan lapangan kerja yang berkelanjutan dan peluang investasi yang menarik.
Jenis Beterai
Dengan sumber daya alam yang melimpah, menurut Rifqi Indonesia punya modal untuk membuat beragam jenis baterai kendaraan listrik sesuai perkembangan teknologi electric vehicle (EV). Saat ini terdapat tiga jenis baterai, yakni lithium-ion, sulfat logam atau Zebra, dan natrium-ion.
Baterai lithium-ion sangat umum digunakan pada kendaraan listrik modern karena ukurannya yang ringkas dan kapasitas energi yang tinggi. Baterai lithium-ion juga lebih tahan lama dan lebih mudah dirawat daripada jenis baterai lainnya.
Sedangkan baterai sulfat logam terbuat dari elektrolit cair yang terdiri dari garam natrium dan kalium. Baterai ini memiliki jangkauan yang lebih jauh daripada baterai lithium-ion dan dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi.
Sementara natrium-ion merupakan alternatif yang menjanjikan untuk baterai lithium-ion. Baterai ini lebih tahan lama dan lebih ramah lingkungan, tetapi saat ini masih dalam tahap pengembangan dan belum tersedia secara komersial.