Sukses

Tinggal Bersama Mobil Listrik Tanpa Home Charging, Seberapa Merepotkan?

Otosia.com, Jakarta Kendaraan listrik semakin populer di Indonesia. Banyak konsumen mulai melirik Electric Vehicle (EV) sebagai transportasi utamanya, terlihat dari angka penjualan yang tinggi.

Berdasarkan laporan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil listrik EV mencapai 10.327 unit, meningkat pesat dari 685 unit di tahun sebelumnya.

Dengan terus bertambahnya jumlah mobil listrik di Indonesia, proses dan tempat pengecasan EV patut diperhatikan. Sebagai contoh adalah seberapa repotnya mempunyai mobil listrik tanpa menggunakan home charging.

Meski kurang efisien, ada beberapa kemungkinan pemilik mobil listrik bisa tidak memilih menggunakan fasilitas home charging. Sebagai contoh adalah rumah dengan daya listrik kurang dari standar yang ditentukan atau memang tidak memilih fitur tersebut saat membeli mobilnya, karena alasan tertentu.

 

 

 

 

 

 

 

Pengetesan

Untuk mencari tahu seberapa repotnya mempunyai EV tanpa home charging, Otosia.com menggunakan Wuling Air ev sebagai tolak ukur pengetesan. Rute pengetesan mencakup perjalanan pulang-pergi dari Bekasi ke area Senayan, Jakarta, dan beberapa perjalanan singkat sekitar Cakung dan Bekasi.

Tipe yang disediakan adalah varian tertinggi Air ev Long Range dengan klaim jarak tempuh mencapai 300 km dalam sekali pengecasan. Baterai bawaannya mempunyai kapasitas 26.7 kWh.

Mobil ini menggunakan socket charging AC GB/T, dengan daya maksimalnya mencapai 7.700 w atau 7.7 kWh. Wuling mengklaim Air ev bisa dicas penuh dalam waktu 4 jam, menggunakan charger AC berdaya 6.6 kW.

Pengetesan ini sekaligus melihat perkembangan infrastruktur charging station di sekitar Jakarta, terutama dari sisi kesediaan dan kemudahan dalam penggunaan.

Tempat pengecasan

Jika dilihat dari pencarian charging station melalui aplikasi Google Maps, lokasi pengecasan mobil listrik cukup tersebar di area Jakarta, baik di Pusat hingga di area Selatan.

Ada beberapa penyedia tempat charging station. Paling utama adalah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dari PT PLN (Persero). Sementara tempat lainnya merupakan charging station milik Swasta, seperti EVCuzz dan Otopods.

Pada pengetesan ini, kami berkesempatan menggunakan SPKLU PLN di Mall Aeon, Jakarta Garden City (JGC), Cakung, kemudian EVCuzz di Mall FX Sudirman, Jakarta dan satu lagi tempat EVCuzz di Summarecon Mall Bekasi.

SPKLU PLN

Penggunaan SPKLU milik PLN terbilang kurang fleksibel. Charging station ini menggunakan aplikasi Charge.IN dengan proses pembayaran diwajibkan dari e-Wallet dari aplikasi Link Aja saja.

Yang merepotkan adalah pengguna lama yang lupa dengan PIN dari akun mereka. Aplikasi tersebut terus gagal menampilkan metode pergantian PIN maupun pembuatan akun baru dari nomor yang sama.

Sementara sistem Customer Servicenya mayoritas diisi pesanan otomatis yang kurang memberikan solusi.

Alhasil kami harus membeli kartu perdana baru, meregistrasi kartu tersebut dan membuat akun Link Aja baru untuk menggunakan SPKLU dari PLN. Setelah nomor baru tersebut diregistrasi, proses pengisian cenderung mudah di mana kabel AC disambungkan ke Air ev melalui adaptor yang disediakan.

Kami melakukan pengecasan selama 84 menit pada SPKLU PLN di Mall Aeon JGC, Cakung. Jumlah kWh yang dibeli adalah 9.84 kWh, dengan total biaya mencapai Rp 25.406, sudah termasuk PPJ dan biaya Admin. Pengisian ini mengisi baterai mobil dari angka sekitar 38% menjadi kurang lebih 68%.

EVCuzz

Pada hari yang berbeda, kami menjajal charging station EVCuzz di Mall FX Sudirman, Jakarta sebelum melakukan perjalanan balik ke Bekasi. Tempat pengecasan ini tidak ditemukan pada aplikasi Google Maps, namun dinyatakan tersedia pada aplikasi EVCuzz.

Setelah menemukan tempat pengecasan tersebut, prosesnya kurang lebih sama seperti charging SPKLU PLN dalam pemasangan kabelnya. Yang berbeda, EVCuzz bisa memilih pengecasan melalui durasi atau nominal angka pembayaran.

EVCuzz juga lebih fleksibel dalam pengisian saldo. Aplikasi ini menerima Virtual Account dari berbagai Bank maupun beragam e-Wallet yang tersedia, seperti OVO hingga Link Aja.

Dengan jangka waktu pengecasan selama 2 jam, baterai Air ev kami diisi sebanyak 14.04 kWh. Pengecasan ini menaikkan persentase baterai, dari sekitar 45% menjadi 95%, cukup untuk jarak perjalanan hingga 295 km. Total biaya pengecasan mencapai Rp 39.272.

Namun demikian, ada satu hal yang perlu diperhatikan setelah selesai mengecas mobil menggunakan EVCuzz. Anda hanya memiliki waktu 15 menit untuk melepas kabel charger untuk menyelesaikan proses pengecasan. Melebihi waktu tersebut akan dikenakan biaya pinalti.

Kendala

Pada hari yang berbeda, kami mencoba melakukan pengecasan pada charging station milik EVCuzz di Summarecon Mall Bekasi, berspikulasi meski charger AC 7 kW dinyatakan tidak beroperasional.

Usut punya usut, ternyata aplikasi EVCuzz tidak berbohong. Kami mencoba mencolok kabel charger, namun di aplikasi tetap mengindikasikan charger belum siap dan tidak bisa melakukan pengecasan.

Di hari yang sama, kami mencoba menggunakan SPKLU PLN yang sama di Mall Aeon JGC, Cakung sebelumnya. Namun pada saat kami tiba di lokasi, ternyata kabel pengecasan ACnya sedang digunakan oleh Air ev lain.

Kejadian ini bisa menjadi “worst case scenario” bagi pemilik mobil listrik, lantaran untuk saat ini umumnya tempat pengecasan cenderung jarang dipakai dan beroperasional.

Hasil test

Setelah lima hari tinggal dan jalan-jalan bersama Wuling Air ev Long Range, apakah bisa memiliki mobil listrik tanpa menggunakan fasilitas home charging?

Kami rasa bisa, namun kurang praktis dalam keseharian, terutama bagi pemilik yang terus menggunakan mobilnya sebagai transportasi pulang-pergi setiap hari. Begitu juga bagi pemilik yang sering bepergian jarak jauh.

Pada hari tertentu, pemilik mobil harus meluangkan waktu minimal sekitar 2 jam atau lebih untuk mengisi baterai di charging station. Lalu tempat yang dituju idealnya mempunyai atau dekat dengan SPKLU, untuk mempermudah akses jika isi baterai sudah cukup rendah.

Fasiliatas home charging mempermudah kepemilikan mobil listrik, lantaran baterai mobil bisa diisi di malam hari dan siap digunakan keesokan harinya. Hasil pengetesan ini juga bisa berbeda untuk EV lain, termasuk Air ev model Standard Range.

Saran

Hasil pengetesan ini juga menunjukkan beberapa hal yang bisa di-improve, terutama dari hal-hal kecil seperti proses pembayaran hingga jumlah kabel pengecasan.

Sebagai contoh adalah SPKLU dari PLN yang membatasi pembayaran menggunakan e-Wallet Link Aja. Saran kami kedepannya adalah untuk menyediakan alternatif metode pembayaran lain, guna mempermudah pemilik mobil listrik untuk melakukan pengecasan.

Lalu dengan makin populernya kepemilikan kendaraan listrik, idealnya setiap charging station bisa diisi lebih dari dua mobil dengan jumlah kabel charger yang memadai. Hal ini dilakukan supaya memberi kesempatan bagi pemilik EV lain untuk melakukan pengecasan.

Terakhir boleh jadi Air ev kedepannya sudah support pengecasan DC charging dengan kWh yang lebih besar. Harapannya, dengan waktu pengecasan yang lebih singkat, pemilik mobil tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk mengisi baterai mobil.

Loading