Sukses

Kencan Singkat dengan Vespa GTV Seharga LCGC Toyota, Jambakannya Bikin Nagih!

Otosia.com, Jakarta PT Piaggio Indonesia baru-baru ini resmi meluncurkan Vespa ikonik yaitu GTV ke pasar Indonesia. Membawa nama besar Vespa di dunia balap, GTV dihadirkan menggunakan mesin 300cc dengan tenaga buas.

Sebagai model legendaris, GTV hadir dengan napas sporty yang mengkombinasikan unsur klasik, modern, dan teknologi tinggi sehingga menghasilkan motor ultra-modern. Vespa GTV dibanderol seharga Rp176.000.000 on the road Jakarta. 

Awak media diundang untuk menghadiri media test ride Vespa GTV terbaru di area sekitar Pondok Indah Mall pada Selasa (5/9/2023). Penasaran seperti apa rasanya? Berikut kami sajikan hasil kencan singkat bersama Vespa GTV.

Pandangan Pertama

Kala sampai di area depan PIM 2, aura klasik dari Vespa GTV terpancar sehingga perhatian mata teralihkan padanya. Ciri khas lampu depan di spakbor alias ‘Farro Basso’  dengan bohlam LED langsung membuat GTV tampak spesial. Tak hanya itu, handle bar yang terekspos mengingatkan kami pada Vespa 98 yang eksis di tahun 1946.

Bagian belakang Vespa GTV sekilas sama dengan Vespa GTS 300 HPE. Bodi samping (tepong) yang besar membuatnya tampak berotot dan berwibawa. Jok model single seater pun menguatkan aura sporty yang kuat. Permainan lis-lis hitam di lampu depan, bodi, hand grip belakang, dan lampu belakang LED membuatnya terlihat lebih galak dari GTS 300.

Pelek, spion, dan box CVT pun diberi kelir hitam agar penampakannya semakin terlihat atletis. Semakin lama memandang Vespa GTV membuat kami tak kuasa menahan rasa penasaran dan langsung mencobanya keliling area PIM.

Ergonomi Berkendara

Tak perlu susah payah menggunakan anak kunci. Vespa GTV sudah menggunakan keyless, sehingga cukup mengantungi kunci, lalu putar tuasnya ke posisi on. Instrument cluster bulat  full digital menyambut dengan menampilkan berbagai macam informasi seputar motor.

Duduk di Vespa GTV cukup nyaman. Joknya memang tidak terlalu umpuk dan cenderung kaku, tapi mampu menopang badan dengan baik. Hal ini tentu berkat bentuk yang seakan memiliki back support untuk pengendara.

Postur tubuh pewarta Otosia.com yang mencoba Vespa GTV memiliki tinggi badan 178 cm. Baginya, Vespa GTV memiliki tingkat ergonomis berkendara sangat baik. Memang kebanyakan motor Eropa dibuat untuk postur tinggi dan besar. Jarak antara stang dan badan, serta tingginya terbilang pas dan tidak cepat membuat pegal meski untuk perjalanan jauh sekalipun.

Posisi kaki saat berkendara bagaikan duduk di kursi rumah dengan profil lutut membentuk sudut 90 derajat. Namun, untuk perjalanan jauh pengendara bisa sedikit selonjoran agar posisi lebih rileks.

Akan tetapi, untuk postur tubuh di bawah 165cm mungkin akan sedikit jinjit. Sebab joknya cukup lebar dan memiliki posisi saddle yang tinggi dari tanah.

Performa dan Pengendalian

Segi performa tak perlu dipertanyakan lagi. Mesin 300cc HPE (High Performance Engine) yang dibawanya mampu memberikan jambakan torsi yang sangat terasa. Tenaganya mencapai 17,5 kW (23,8 Hp) serta torsi puncak 25,5 Nm.

Vespa berukuran gambot ini seakan tak pernah kehabisan napas untuk berakselerasi. Walaupun torsinya terbilang besar, penyaluran tenaganya cukup halus dan tetap memberikan hentakan yang melukiskan senyum di wajah.

Sangat mudah untuk GTV mencapai 60 km/h dari posisi diam. Saat melakukan akselerasi mendadak untuk menyalip kendaraan pun ia sangat sigap menyalurkan tenaga dari mesin ke roda belakang lewat transmisi CVT.

Performa pengeremannya pun patut diacungi jempol. Kedua rodanya disematkan rem cakram dengan teknologi ABS. Alhasil, stopping power yang dihasilkan membuat percaya diri dan merasa aman setiap melakukan akselerasi. Rasa remnya pun terasa mahal. Ketika tuas ditarik, tidak ada indikasi keras, kaku ataupun kopong. Semua terasa mantap dan halus di Vespa yang harganya mirip dengan Toyota Calya tipe G ini.

Bukan Vespa kalau tidak memberikan bantingan suspensi yang nyaman. Sama seperti Vespa lainnya, ia memiliki bantingan suspensi di level yang berbeda dengan motor Jepang.

Gelombang jalan yang terserap, serta tidak adanya pantulan keras dari suspensi depan dan belakang sangat cocok untuk digunakan sehari-hari. Walaupun empuk, pengendaliannya tetap menyenangkan. Ia tidak mengalami hilang grip saat dipakai menikung atau zigzag.

Satu Kelemahan

Sayangnya, ada satu kelemahan dari Vespa GTV yang cukup mengganggu. Ia dibekali sistem pendingin cairan dengan radiator dan kipas elektrik. Saat mencapai suhu tertentu, kipas elektrik tersebut akan menyala untuk menarik udara guna mendinginkan mesin.

Akan tetapi, suara yang dihasilkan dari kipasnya terbilang keras. Mungkin, apabila berhenti di lampu merah dan kipas tersebut menyala, pengendara lain akan nengok ke arah Vespa GTV ini. Tak berhenti sampai situ, panas dari kipas radiator akan terhempas ke sisi kanan dan kiri motor lewat kisi-kisi di bagian samping bodi depan.

Panas tersebut cukup terasa ke badan yang membuat kurang nyaman, khususnya ketika dalam keadaan berhenti atau macet-macetan.

Kesimpulan

Vespa GTV hadir di dunia bukan hanya sebagai sebuah motor matic yang akan digunakan untuk bekerja, ke kampus, ataupun belanja ke minimarket.

GTV merupakan perwujudan sejarah Vespa khususnya di dunia balap. Mengambil inspirasi desain dari Vespa 98 dan Vespa 125 yang eksis di era 1940-1950an menjadikannya sebagai salah satu Vespa ikonik di era modern.

Apakah sepadan dengan harga yang harus ditebus? Ya, apabila mencari sebuah Vespa dengan performa, gaya, nilai sejarah, kebanggaan dan menuangkan rasa cinta terhadap Vespa. Serta untuk menghargai nilai Vespa GTV dengan ciri khas ‘Farro Basso’ seperti yang ada di awal kemunculan Vespa.

Jadi, Vespa GTV cocok bagi pecinta dan loyalis Vespa yang membeli berdasarkan ikatan emosional terhadap brand asal Italia ini. Akan tetapi, jika hanya membutuhkan Vespa dengan mesin 300cc tanpa melihat aspek sejarahnya, Vespa GTS 300 HPE dengan banderol Rp163,2 juta bisa menjadi pilihan yang tepat.

Vespa bukan sekedar sebuah kendaraan roda dua yang digunakan untuk bepergian. Tapi lebih dari itu, Vespa merupakan gaya hidup, rasa bangga, serta bentuk persatuan sejarah dengan era modern yang harmonis.

Loading