Otosia.com, Jakarta Isu Pemerintah untuk menaikkan harga Pertalite, Pertamax dan Solar menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini. Akibatnya tidak sedikit masyarakat yang panik.
Masyarakat yang menelan mentah-mentah rumor tersebut langsung panik dan menyerbu SPBU-SPBU lantaran takut harga bahan bakar naik, sehingga terjadi antrean saat mengisi BBM.
Baca Juga
Seperti yang sudah-sudah tidak sedikit pemilik kendaraan yang menyiasatinya dengan mencampur-campur jenis BBM demi menghemat pengeluaran jika harga BBM melonjak.
Lantas amankah sering campur-campur BBM bagi mesin, performa dan komponen lain? Dari sisi busi, jika bahan bakar dicampur terus menerus, misalnya Pertalite dicampur Pertamax, akan mempengaruhi kinerja busi.
“Ibarat tubuh dikasih makanan sehat sama makanan yang banyak kolesterol. Endapan dari sisa pembakaran yang tidak kebakar habis bakal nempel di bagian-bagian ruang pembakaran, terutama busi. Campur BBM bukan solusi, sebab diantara BBM murah masih ada residunya,” buka Diko Oktaviano, Technical Support NGK Busi Indonesia.
Menyiasati Campuran BBM
Jika pun ingin mencampur, sebaiknya diberi jeda dengan hanya mengisi satu jenis bahan bakar. Misalnya, dalam tiga hari menggunakan Pertalite, lalu dihari berikutnya diisi Pertamax. Tujuannya untuk menghindari timbulnya kerak di ruang bakar.
“Diakalinnya, contoh 3 hari isi Pertalite, dan satu hari kemudian isi Pertamax. Ini setidaknya BBM oktan tinggi buat bilas ruang bakar yang ada keraknya,” imbuhnya.
Nah sebaliknya, mencampur aduk BBM tanpa aturan malah bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Sisa pembakaran yang menempel akan menjadi kerak di bagian kepala busi
“Kalau dampaknya ke kendaraan bermesin injeksi atau karburator sama saja. Semua akan terganggu sirkulasi pembakaran karena kerak yang menempel,” paparnya.
Timbul Residu
Diko Oktaviano mengibaratkan mesin sebagai pencernaan manusia. Bila sudah terbiasa diisi dengan makanan bernutrisi tinggi layaknya BBM Pertamax, tentu akan membuat kondisinya selalu bersih.
"Ruang bakar kita ibaratin kayak pencernaan ya. Pada saat pakai pertamax ruang bakar jadi lebih bersih karena emang Pertamax sedikit residu yang dihasilkan. Otomatis kerja busi jadi lebih ringan," ungkap Diko.
Ketika kemudian terganjal oleh harga Pertamax yang tinggi dan bila terpaksa harus turun ke Pertalite, tidak bisa dipungkiri pasti ada efek sampingnya.
Menurutnya Pertalite cenderung menyisakan residu yang menempel di ruang bakar dan area kepala busi. Makanya sering ditemukan busi berjelaga hitam.
"Nah setelah biasa minum Pertamax trus downgrade ke Pertalite efeknya bakal ada residu yang nempel di ruang bakar dan ke area kepala busi. Residu ini yang bakal bikin si busi cepet kerak item," terangnya.
Penumpukan Kerak
Jadi pada prinsipnya, bahan bakar yang tidak gampang habis terbakar maka potensi kerak dari residu semakin membesar. Adanya kerak karbon yang menumpuk bisa dilihat pada kepala busi. Bahan bakar yang buruk akan cepat menghasilkan tumpukan kerak karbon. Sebaliknya, bahan bakar bagus meminimalisir penumpukan kerak tersebut.
“Silahkan saja bandingkan kendaraan yang menggunakan Pertalite atau Pertamax. Disitu bisa dilihat mana kendaraan mana yang sering ganti dan sering diselimuti kerak karbon,” terang Diko.
Lebih lanjut Diko menyarankan untuk selalu merawat busi dengan mengecek dan membersihkannya dengan cairan yang tidak mengandung korosif. “Disarankan sih bersihin pakai cairan pembersih kampas rem saja,” saran Diko.
Diko juga mewanti-wanti untuk menjaga busi terkontaminasi dengan liquid atau cairan apapun. “Konsekuensi kontaminasi liquid di busi bisa mempengaruhi performa. Cairan juga bisa menyebabkan karat di kemudian hari karena ada material yang terpapar. Kalo udah karat, begitu terpasang di cylinder head akan sulit ngelepasnya,” tukas Diko.
Potensi Knocking
Pengaruh pemilihan BBM juga mencakup kemungkinan mesin mengalami anomali. Perlu dipahami lebih dulu bahwa bensin selalu identik dengan oktan. Nilai ini merujuk pada seberapa besar tekanan di dalam silinder sebelum campuran bahan bakar dan udara meledak secara spontan.
Menurut keterangan Auto200, dikutip Selasa (30/8/2022), semakin tinggi nilai oktan suatu bensin, sebenarnya makin sulit terbakar. Makanya dibutuhkan kompresi mesin yang sesuai; makin kuat kompresi, butuh bensin beroktan tinggi.
Campuran itu ditekan sampai dengan volume yang sangat kecil kemudian dibakar oleh percikan api busi. Kalau sampai timbul pembakaran sebelum mencapai busi akibat oktan BBM terlalu rendah, misalnya seharusnya minum Pertamax tapi diisi Pertalite, akan terjadi knocking atau ketukan dalam mesin (ngelitik).
Ketika penyakit itu muncul, kondisi ruang bakar tidak lagi sesuai dengan settingan yang semestinya, seperti adanya peningkatan panas.